Sabtu, 08 Oktober 2016

ORANG OIRATA

PULAU KISAR DARI PANDANGAN SUKU OIRATA
PENDAHULUAN
Pulau Kisar atau Yotowa atau Yotowawa Daisuli atau Dalla Hitu atau Dala Pitu adalah sebuah kecil yang berada di Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku Negara Indonesia dengan letak 7o 55’ sampai 8o  15’ Lintang Selatan. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil dengan luas 117,59 km2. Disebelah timur pulau ini terhampar gugusan pulau Leti, Moa dan Lakor. Dibagian barat terbentang Pulau Wetar. Dibagian utara ke arah timur terbentang Pulau Roma dengan tujuh anak pulau kecilnya. Disebelah selatan berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste.
Pulau Kisar dapat dikatakan sebagai sebuah atol di mana sepanjang pinggirannya terdiri dari bukit batu karang, sehingga bila dilihat dari arah laut terkesan kering, gersang dan tandus, bahkan terkadang dianggap pulau tak berpenghuni oleh sebab konsentrasi penduduk berada pada tengah pulau.
Seperti halnya pulau-pulau lain di maluku, di pulau Kisar juga mengalami dua Musim yaitu Musim timur dan barat. Musim timur berlangsung dari bulan April sampai November. Musim ini merupakan musim kemarau, terutama dalam Bulan Agustus, September, dan Oktober. Musim barat merupakan musim hujan, curah hujan terbanyak terjadi bulan Desember dan Februari. Pada musim ini laut bergelora dan angin bertiup kencang. Dari jumlah bulan pada musim ini maka terlihat bahwa Penduduk Pulau Kisar mengalami lebih banyak kemarau (8 bulan) daripada musim hujan (4 bulanan). Hal ini dapat terlihat dari pemandangan vegetasi di daratan Kisar yang lebih banyak menunjukan warna musim kemarau.
Pada Pulau Kisar terdapat dua kecamatan yakni Kecamatan Kisar Utara dengan Ibu kota Kecamatannya adalah Lebelau dan Kecamatan Pulau-pulau Terselatan dengan Wonreli sebagai Ibu Kota Kecamatan. Terdapat pula Sembilan Desa serta 12 Dusun dengan jumlah penduduk sekitaran 18.425 jiwa.
B. POLA PEMUKIMAN
Menurut sejarah, penduduk mula-mula Pulau Kisar mendiami daerah perbukitan sebelah selatan sebelum kemudian membentuk kampung-kampung yang tersebar didaratn Pulau Kisar. Dengan bentuk pulau atol yang menyerupai cincin, maka desa-desa di Pulau Kisar terletek ke arah tengah pulau. Hal ini berbeda dengan kebanyakan pemukiman di kepulauan Maluku di mana penduduk memilih berkonsenterasi di pesisir pantai. Pola pemukiman ini terkait dengan sistim ekonomi mereka yang mengantungkan hidupnya pada pertanian sebagai mata pencaharian utama.
Bentuk pemukiman berpola menyebar di mana rumah-rumah penduduk terletak berjauhan karena setiap rumah dikelilingi oleh tanah pertaniannya. Tanaman yang lasim ditemui ialah jagung, kacang-kacanganm, jeruk, dan diantaranya terdapat pohon koli sebagi pohon penghasil nira untuk pembuatan gula merah maupun sopi kisar.
C. ORANG MEHER DAN ORANG OIRATA
Penduduk pulau Kisar terkelompok dalam dua kelompok besar berdasarkan bahasa dan adat istiadat yaitu Orang Meher dan orang Oirata. Kemunculan nenek moyang mereka diceritakan menurut versi masing-masing yang diceritakan secara turun temurun. Menurut sebuah sumber dari Orang Oirata bahwa moyang pertama yang menempati Pulau Kisar bernama Hanoo. Ia membagi pulau Kisar atas dua bagian, memanjang dari utara ke selatan. Dibahagian barat untuk keturunan orang Meher (Papula) dan di bahagian timur untuk  Orang Oirata.
Bahasa Meher sebagai salah satu dari dari dua bahasa asli di Pulau Kiar dipakai oleh sebagian besar penduduk pulau Kisar, yaitu mereka yang mendiami tujuh negeri, masing-masing Wonreli (dengan 7 dusun : Kiou/Manumere, Romleher selatan, Romleher utara, Woorono, Mesiyapi, Yawuru, dan Noworu), Leklor (dengan 3 dusun, yakni Papula, Letparu, Sumpali), Abusur, Lebelau (2 dusun yakni, Puthair Timur dan Puthair Barat), Purpura, Nomaha, Kota lama.
Bahasa Oirata dituturkan oleh orang Oirata yang mendiami dua dea yakni desa Oirata Timur dan Desa Oirata barat. Bahasa Oirata memiliki kesamaan Bahasa dengan bahasa yang berada di daerah lautem, Los palos di Timor leste yaitu bahasa Fataluku. Kesemaan bahasa ini memperkuat folklore mereka yang menceritakan tentang kedatangan beberapa moyang oirata dari Pulau Timur yang mereka sebut Timur Besar. Pulau Timor dianggap sebagai Pulau Ibu (umanaserna=tanah ibu). Pulau Timor merupakan tempat persinggahan sebelum nenek moyang mereka ke Pulau Kisar.
Selain berbeda dalam bahasa, orang Meher dan Oirata dapat dibedakan juga beberapa unsur budaya. Misalnya, rumah adat orang Meher berbeda dengan rumah adat orang Oirata, baik dalam arsitektur dan fungsi ruang maupun dalam penggunaannya. Perbedaan lain, misalnya dalam hal materi denda adat, orang Meher yang meyertakan mas bulan, sedangkan orang Oirata tidak. Pada dahulunya tidak ada perkawinan diatara mereka. Seperti pepatah yang sering dilontarakan dalam acara adat bahwa mereka berbeda dalam bahasa dan budaya, : ‘masing-masing perahu dengan muatannya sendiri-sendiri”.

ORANG OIRATA
Ø  Sejarah Perjalanan Moyang oirata

Berdasarkan tuturan beberapa narasumber dari Oirata bahwa sebelum kedatangan penduduk lain di pulau Kisar, moyang Oirata yaitu hanoo merupakan penghuni awal daratan pulau kisar. Silsilah keluarga hanoo berasal dari sepasang suami istri yang bernama Wadlau dan Urlau. Mereka mempunyai Tujuh orang anak laki-laki, tetapi yang diketahui ceritanya hanyalah seorang anak yang bernama Koni Yaman dengan istrinya yang bernama Riunaman. Mereka mempunyai tujuh anak laki-laki dan empat anak perempuan. 

Koniyaman dan keluarganya meninggalkan tempat asal mereka dan mulai perjalanan keluar mengikuti arah matahari terbenam ke arah matahari terbit. mereka berpindah-pindah hingga tibah di Pulau Wera dan Wero dua buha pulau kecil yang terletak disebelah selatan Pulau Damer. Mereka bermukim di tempat ini hingga beberapa waktu kemudian mereka meninggalkan tempat ini karena kekurangan ketersediaan air bersih. Dari pulau ini mereka kemudian terpecah, ada dua kelompok yang menuju Pulau Damer, sedangkan kelompok yang lain melakukan pelayaran dan tibah diperairan Yotowa yang pada saat itu masih tergenang air laut. Dari perairan Yotowa mereka terseret badai hingga terdampar di perairan Tanjung Weru (Pulau Timor). Derasnya gelombang mengakibatkan perahu mereka tengelam dan sebagian diatara mereka meninggal. Salah satu anggota keluarga mereka yang bernama Ratpit ratu dan keluarganya menyelamtkan diri di daratan Pulau Timor, dan sesuai tuturan keturunan mereka hingga sekarang berada di sana. 

Sedangkan Nampit Ratu bersama saudara perempuan dan beberapa lainnya berenang untuk mencari daratan. Nampit Ratu akhirnya ditolong oleh seekor ikan Paus yang membawanya bersama beberapa rekannya mendaratkan mereka ke sebuah pantai kecil di bagian selatan Yotowa yang mereka sebut Pantai Welkaul. Konon ikan paus tersebut mati di Pantai Wilkaul tersebut dan bangkainya beruba wujud menjadi bukit Manheri. 

Nampit Ratu bersama rombongan kemudian mendiami sebuah tempat dibagian timur Pantai welkaul yaitu Leun Kodo dan kemudian berpindah lagi di sebelah Utara Pantai Welkaul yakni Ili Kesi. Nampit Ratu memiliki tujuh anak yaitu Tutumasa, Raimali, Situtu, Raitutu, Katikou, Maakou dan Ratu usara.

Suatu ketika terjadi sebuah gempa dasyat yang mengakibatkan Gelombang tsunami yang menengelamkan pulau Yotowa sehingga membuat sebagian penghuni Ili Kesi meninggalkan Yotowa, tersisa Nampit Ratu dan si bungsu Ratu Usara. ke dua orang ini bertahan hingga badai tsunami itu berlalu, namun hingga beberapa waktu lamanya keluarganya yang lain tak kunjung juga balik ke Yotowa. 

Dari Keenam anak Nampit ratu yang meninggalkan yotowa hanya dua orang anaknya saja yang diketahui ceritanya hingga kini, mereka adalah Katikou dan Maakou yang mengungsi ke Pulau leti. Katikou memiliki 7 anak laki-laki yaitu Lewenmali, Asamali, Kiklili, Warmau, Maasara, Maanunu, dan Nunsara. Sedangkan Maakou memilik 7 anak perempuan yaitu, dekou, Arakou, Nunlau, Utakou, Unakou, Unaslai dan Wataslai.  Anak Katikou dan Maakou saling kawin mawin sehingga membentu suatu generasi baru. 

Anak-anak Katikou suatu ketika memutuskan untuk mencari moyang mereka di Ili Kesi, mereka kemudia berlayar dimenuju Ili Kesi. Dalam perjalananan mereka dihantam gelombang besar sehingga membuat perahu mereka terdampar di dua buah pulau kembar yang tak mereka kenal dan tak berpenghuni setelah mereka melempar Jangkar mereka terkaget karena pulau tak berpenghuni ini sangat berlimpah Emas mereka kemudian menamakan Pulau itu Wertutun dan Werwain. Kedua pulau ini kemudian menghilang ketika mereka mulai menarik sauh, menurut kepercayaan masyarakat pulau ini di sebut pulau hilang-hilang dan dianggap sakral. Dari pulau ini mereka menuju Pulau Leti dan di sana mereka melakukan persahabatan dengan tuan tanah Tutukey-Serwaru yang bernama Wilaumali-Raumali. 
Setelah beberapa lama mereka bermukim di Pulau Leti sebagian di Antara Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali lagi ke Yotowa. Ketika mereka tibah mereka kemudian mencari tempat dimana Kakek mereka berada. Dibantu anjing, mereka kemudian menyusuri sepanjang tanjung Ili Kesi, sehingga mereka kemudian menemukan kakek dan paman mereka yang suda sekarat, kakek mereka kemudian memintah untuk dihidangkan baginya daging kambing. mereka kemudian mencari kambing untuk dihidangkan dalam pencarian mereka di bagian timur Ili kesi mereka kemudian menemukan ribuan Kambing yang sedang mencari makan di padang, kemudian ditangkapnya beberapa ekor kambing untuk dihidangkan kepada Kakek mereka. Oleh karena pulau itu terdapat ribuan kambing maka kemudia Pulau Itu mereka beri nama YOTOWA. kambing dalam bahasa Oirata Hihi Yotowa. 

Setelah beberapa waktu lamanya mereka menempati Ili Kesi kemudian mereka berpindah ke Bukit sebelah barat Ili Kesi. Di bukit ini kemudian Lewenmali-Asamali, Kiklili-Warmau serta beberapa saudara yang lain kemudian menguburkan salah satu saudara perempuan mereka yang meninggal. Sehingga tempat itu mereka beri nama sesuai saudara perempuan mereka Yaitu Hui Manheri atau lebih di Kenal dengan nama Bukit Manheri. 

MATA RUMAH OIRATA

Untuk seluruh Oirata, terdapat lima (5) marna besar (pemangku adat) atau biasa disebut lima kursi adat yang mengatur pemerintahan adat sebelum terbentuknya Pemerintah Desa. ke lima kursi adat ini adalah Mauki, Ratumali, Latukou, Tamindael, dan Katihara. Kelima marna pembentuk masyarakat Oirata ini di simbolkan sebagai sebuah perahu yang di sebut Horna Werna Ruskoli YaluresiPenyimbolan sebuah perahu ini diasosiasikan dengan terbentuknya masyarakat Oirata dari kumpulan orang-orang yang berdatangan ke pulau ini. 

Dalam kedudukan diperahu, ke lima marna masing-masing memiliki peranan yaitu : 
  • Mauki (mata rumah No-Malhuar) dan Ratumali ( mata rumah Dadanulu Sorlewen) sebagai tuan perahu yang dalam adat peranannya sebagai pendata adat yang bertugas untuk berdoa, sebagai orang tua Ayah atau Ibu. Ratumali juga mempunyai peranan sebagai tuan tanah.
  • Latukou (mata rumah Soho)sebagai Jurumudi 
  • Tamindael (mata rumah Asa Tupa) di bagian tengah perahu sebagai jaga ruang/timba ruang agar jangan perahu dipenuhi air
  • Katihara (mata rumah Talu Ara) berada di anjungan, penjaga haluan atau dalam adat sebagai pembicara.  
 PEMERINTAHAN

Sekitar Tahun 1665 Bangsa Belanda di bawah Kapten Jan Blime dengan Kapal Leonen menemukan Pulau Yotowa, kapal mereka kemudian berlabuh di pantai Kihar atau Kiasar. Di Pantai Kihar mereka bertemu dengan dua orang Penghuni bukit Manheri yaitu Horsair dan Mutasair. Pertemuan tersebut membuat terjadi kesalah pahaman oleh karena diantara mereka tidak saling memahami bahasa masing-masing sehingga hanya menggunakan bahasa isyarat. Dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa isyarat tersebutlah Nama Yotowa berubah menjadi Kihar atau Kisar. Bangsa Belanda kemudian mebangun koloni baru dengan memberikan dua buah tongkat pemerintahan kepada kedua penghuni Manheri tersebut. Tongkat milik Mutasair menjadi milik Penduduk Manheri (Oirata Timur) sedangkan Tongkat pemerintahan milik Horsair diberikan kepada Penghuni Bukit Mauhara (oirata barat). Sejak saat itu terjadi perubahan Pemerintahan di kedua Desa tersebut. Oirata Timur Pemerintahan di pimpin oleh Mutasair (dari soa Hunlory) sedangkan di Oirata Barat Tongkat pemerintahan di serakan Kepada Hooru Iltata. 

Hingga saat ini Oirata Timur telah dipimpin oleh 8 orang Kepala Desa (orangkay), yaitu :
  1. Nunkou
  2. Mutasair
  3. Larnai
  4. Elias Ratuhunlory ( 1931-1951)
  5. Ruben Ratuhunlory ( 1954-1966)
  6. Jacobus Resimere ( 1974-2001)
  7. Johosua Serain ( 2001-2007)
  8. Janes Ratuhalono (2008-2014)
 Sedangkan Desa Oirata Barat telah dipimpin oleh 9 Kepala Desa (orangkay), Yaitu :
  1. Kathara
  2. Hooru Iltata
  3. Larlaka
  4. Karel Katihara
  5. Hooru Iltata
  6. George Hooru (1931-1953)
  7. Izach Hooru (1953-1981)
  8. Eddy Katihara (1983-2008)
  9. John ratulohain  (2010-2016)
SOA DI OIRATA 
 
Masyarakat Oirata terbentuk dari kumpulan soa(patah) yang merupakan gabungan matarumah-matarumah (patdale/lainatapu). 
Di Oirata Timur terdapat 4 soa, yaitu :
a. Soa Haa'noo   
soa Haa'noo terdiri dari 5 matarumah dengan fam (marga) masing-masing ;
 
1. Sorlewen : Ratumali
    - Lewetaara (sarik)
2. Sohoradi : Latukou dan Serain
    - Waklon (Haltere), Seli (latupay dan Wonsair), Huilon (Taresi)
    - Ilili (Maroko dan Ratusaley)
3. Leikahaisau : Serhalai dan Horara
     - Aireteara (Ratusera)
     - Aireteara (Ratulewen), Airetalaman (Anthony), Samoro (Ratuhalin)
4. Iraruru-Wasair : Horsair
    - Semble (Kamanasa), Halaisahuna (Uplawan)
5. Loilorwartana : Ratuteher
    - Tawanasin (Yernunu), Tawanasinarawai (Raturomon), Aireteara (Ratulohoren).
 
b. Soa Selewaku      
Soa Selewaku terdiri dari 4 mata rumah dengan maga (fam) masing-masing :
 
1. Lerusmauwana : Maukailele
 
2. Leka : Teikuar
    -Waintimur (Ratusehaka)
    - Umamraka-nunukokoara-Ususuara (Reisere)
3. Leutua (terdiri dari) Lelapai (Ruhiloi), Leuwara (Loilatu) dan Etehitiara (Wuinoto)
4. Lenoo (yang terbagi menjadi : Mildai (Haisoo dan Resimere-leulor)
   - Loira, Asanapi, Waintimur (Ratusehaka)
   - Nanauru-Warwara (Latusuay), Dailorlu'un (Ratuhalono), Maroko (Ratuhara)
 
c. Soa Hunlori      
Soa Hunlori dengan 4 mata rumah
 
1. La'ule iyanin : Lewen sere
2. Leule Aranin : Maunai
3. Surwei : Ratuhunlori
    -Lehorwata (Ratuhunu dan Reiwi), Lelaimodo (Ratupaira)
4. Darlekrau : Loimaa
    - O'omalau (Lewelaka)
    - Loslapai (Latuminasse)
 
d. Soa Paumodo    
 Terdiri dari 3 matarumah :
1. Lewedalu : Lewedalu
2. Ruiwon : Malaimuta
3. Wakro : Dalkati
    - Lewelipa
    - Telumalai, Solemede, Resikahil, Maakewe. 
 
Sedangkan Desa Oirata Barat terdapat 3 soa (padta), yaitu ;
 
1. Soa Asatupa-Hayau     
soa ini memiliki 3 Matarumah
1. Asatupa 
2. Nohiyara
3. Wetwai
 
2. Soa Irara
 
3. Soa Audoro