PULAU
KISAR DARI PANDANGAN SUKU OIRATA
PENDAHULUAN
Pulau
Kisar atau Yotowa atau Yotowawa Daisuli atau Dalla Hitu atau Dala Pitu adalah
sebuah kecil yang berada di Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku Negara
Indonesia dengan letak 7o 55’ sampai 8o 15’ Lintang Selatan. Pulau ini merupakan salah
satu pulau kecil dengan luas 117,59 km2. Disebelah timur pulau ini
terhampar gugusan pulau Leti, Moa dan Lakor. Dibagian barat terbentang Pulau
Wetar. Dibagian utara ke arah timur terbentang Pulau Roma dengan tujuh anak
pulau kecilnya. Disebelah selatan berbatasan langsung dengan Negara Timor
Leste.
Pulau
Kisar dapat dikatakan sebagai sebuah atol di mana sepanjang pinggirannya
terdiri dari bukit batu karang, sehingga bila dilihat dari arah laut terkesan
kering, gersang dan tandus, bahkan terkadang dianggap pulau tak berpenghuni
oleh sebab konsentrasi penduduk berada pada tengah pulau.
Seperti
halnya pulau-pulau lain di maluku, di pulau Kisar juga mengalami dua Musim
yaitu Musim timur dan barat. Musim timur berlangsung dari bulan April sampai
November. Musim ini merupakan musim kemarau, terutama dalam Bulan Agustus, September,
dan Oktober. Musim barat merupakan musim hujan, curah hujan terbanyak terjadi
bulan Desember dan Februari. Pada musim ini laut bergelora dan angin bertiup
kencang. Dari jumlah bulan pada musim ini maka terlihat bahwa Penduduk Pulau
Kisar mengalami lebih banyak kemarau (8 bulan) daripada musim hujan (4
bulanan). Hal ini dapat terlihat dari pemandangan vegetasi di daratan Kisar
yang lebih banyak menunjukan warna musim kemarau.
Pada Pulau Kisar terdapat dua kecamatan yakni Kecamatan Kisar Utara dengan Ibu kota Kecamatannya adalah Lebelau dan Kecamatan Pulau-pulau Terselatan dengan Wonreli
sebagai Ibu Kota Kecamatan. Terdapat pula Sembilan Desa serta 12 Dusun dengan
jumlah penduduk sekitaran 18.425 jiwa.
B.
POLA PEMUKIMAN
Menurut
sejarah, penduduk mula-mula Pulau Kisar mendiami daerah perbukitan sebelah
selatan sebelum kemudian membentuk kampung-kampung yang tersebar didaratn Pulau
Kisar. Dengan bentuk pulau atol yang menyerupai cincin, maka desa-desa di Pulau Kisar terletek ke arah tengah pulau. Hal ini berbeda dengan kebanyakan
pemukiman di kepulauan Maluku di mana penduduk memilih berkonsenterasi di
pesisir pantai. Pola pemukiman ini terkait dengan sistim ekonomi mereka yang
mengantungkan hidupnya pada pertanian sebagai mata pencaharian utama.
Bentuk
pemukiman berpola menyebar di mana rumah-rumah penduduk terletak berjauhan
karena setiap rumah dikelilingi oleh tanah pertaniannya. Tanaman yang lasim
ditemui ialah jagung, kacang-kacanganm, jeruk, dan diantaranya terdapat pohon
koli sebagi pohon penghasil nira untuk pembuatan gula merah maupun sopi kisar.
C.
ORANG MEHER DAN ORANG OIRATA
Penduduk
pulau Kisar terkelompok dalam dua kelompok besar berdasarkan bahasa dan adat
istiadat yaitu Orang Meher dan orang Oirata. Kemunculan nenek moyang mereka
diceritakan menurut versi masing-masing yang diceritakan secara turun temurun. Menurut
sebuah sumber dari Orang Oirata bahwa moyang pertama yang menempati Pulau Kisar
bernama Hanoo. Ia membagi pulau Kisar atas dua bagian, memanjang dari utara ke
selatan. Dibahagian barat untuk keturunan orang Meher (Papula) dan di bahagian
timur untuk Orang Oirata.
Bahasa Meher sebagai salah satu dari dari dua bahasa asli di Pulau Kiar dipakai oleh
sebagian besar penduduk pulau Kisar, yaitu mereka yang mendiami tujuh negeri,
masing-masing Wonreli (dengan 7 dusun : Kiou/Manumere, Romleher selatan, Romleher utara, Woorono, Mesiyapi, Yawuru, dan Noworu), Leklor (dengan 3 dusun,
yakni Papula, Letparu, Sumpali), Abusur, Lebelau (2 dusun yakni, Puthair Timur
dan Puthair Barat), Purpura, Nomaha, Kota lama.
Bahasa
Oirata dituturkan oleh orang Oirata yang mendiami dua dea yakni desa Oirata
Timur dan Desa Oirata barat. Bahasa Oirata memiliki kesamaan Bahasa dengan
bahasa yang berada di daerah lautem, Los palos di Timor leste yaitu bahasa Fataluku. Kesemaan bahasa ini memperkuat folklore mereka yang menceritakan
tentang kedatangan beberapa moyang oirata dari Pulau Timur yang mereka sebut
Timur Besar. Pulau Timor dianggap sebagai Pulau Ibu (umanaserna=tanah ibu).
Pulau Timor merupakan tempat persinggahan sebelum nenek moyang mereka ke Pulau
Kisar.
Selain
berbeda dalam bahasa, orang Meher dan Oirata dapat dibedakan juga beberapa unsur
budaya. Misalnya, rumah adat orang Meher berbeda dengan rumah adat orang
Oirata, baik dalam arsitektur dan fungsi ruang maupun dalam penggunaannya. Perbedaan
lain, misalnya dalam hal materi denda adat, orang Meher yang meyertakan mas
bulan, sedangkan orang Oirata tidak. Pada dahulunya tidak ada perkawinan
diatara mereka. Seperti pepatah yang sering dilontarakan dalam acara adat bahwa
mereka berbeda dalam bahasa dan budaya, : ‘masing-masing perahu dengan
muatannya sendiri-sendiri”.
ORANG
OIRATA
Ø Sejarah Perjalanan Moyang oirata
Berdasarkan
tuturan beberapa narasumber dari Oirata bahwa sebelum kedatangan penduduk lain
di pulau Kisar, moyang Oirata yaitu hanoo merupakan penghuni awal daratan pulau
kisar. Silsilah keluarga hanoo berasal dari sepasang suami istri yang bernama
Wadlau dan Urlau. Mereka mempunyai Tujuh orang anak laki-laki, tetapi yang
diketahui ceritanya hanyalah seorang anak yang bernama Koni Yaman dengan
istrinya yang bernama Riunaman. Mereka mempunyai tujuh anak laki-laki dan empat
anak perempuan.
Koniyaman dan keluarganya meninggalkan tempat asal mereka dan mulai perjalanan keluar mengikuti arah matahari terbenam ke arah matahari terbit. mereka berpindah-pindah hingga tibah di Pulau Wera dan Wero dua buha pulau kecil yang terletak disebelah selatan Pulau Damer. Mereka bermukim di tempat ini hingga beberapa waktu kemudian mereka meninggalkan tempat ini karena kekurangan ketersediaan air bersih. Dari pulau ini mereka kemudian terpecah, ada dua kelompok yang menuju Pulau Damer, sedangkan kelompok yang lain melakukan pelayaran dan tibah diperairan Yotowa yang pada saat itu masih tergenang air laut. Dari perairan Yotowa mereka terseret badai hingga terdampar di perairan Tanjung Weru (Pulau Timor). Derasnya gelombang mengakibatkan perahu mereka tengelam dan sebagian diatara mereka meninggal. Salah satu anggota keluarga mereka yang bernama Ratpit ratu dan keluarganya menyelamtkan diri di daratan Pulau Timor, dan sesuai tuturan keturunan mereka hingga sekarang berada di sana.
Sedangkan Nampit Ratu bersama saudara perempuan dan beberapa lainnya berenang untuk mencari daratan. Nampit Ratu akhirnya ditolong oleh seekor ikan Paus yang membawanya bersama beberapa rekannya mendaratkan mereka ke sebuah pantai kecil di bagian selatan Yotowa yang mereka sebut Pantai Welkaul. Konon ikan paus tersebut mati di Pantai Wilkaul tersebut dan bangkainya beruba wujud menjadi bukit Manheri.
Nampit Ratu bersama rombongan kemudian mendiami sebuah tempat dibagian timur Pantai welkaul yaitu Leun Kodo dan kemudian berpindah lagi di sebelah Utara Pantai Welkaul yakni Ili Kesi. Nampit Ratu memiliki tujuh anak yaitu Tutumasa, Raimali, Situtu, Raitutu, Katikou, Maakou dan Ratu usara.
Suatu ketika terjadi sebuah gempa dasyat yang mengakibatkan Gelombang tsunami yang menengelamkan pulau Yotowa sehingga membuat sebagian penghuni Ili Kesi meninggalkan Yotowa, tersisa Nampit Ratu dan si bungsu Ratu Usara. ke dua orang ini bertahan hingga badai tsunami itu berlalu, namun hingga beberapa waktu lamanya keluarganya yang lain tak kunjung juga balik ke Yotowa.
Dari Keenam anak Nampit ratu yang meninggalkan yotowa hanya dua orang anaknya saja yang diketahui ceritanya hingga kini, mereka adalah Katikou dan Maakou yang mengungsi ke Pulau leti. Katikou memiliki 7 anak laki-laki yaitu Lewenmali, Asamali, Kiklili, Warmau, Maasara, Maanunu, dan Nunsara. Sedangkan Maakou memilik 7 anak perempuan yaitu, dekou, Arakou, Nunlau, Utakou, Unakou, Unaslai dan Wataslai. Anak Katikou dan Maakou saling kawin mawin sehingga membentu suatu generasi baru.
Anak-anak Katikou suatu ketika memutuskan untuk mencari moyang mereka di Ili Kesi, mereka kemudia berlayar dimenuju Ili Kesi. Dalam perjalananan mereka dihantam gelombang besar sehingga membuat perahu mereka terdampar di dua buah pulau kembar yang tak mereka kenal dan tak berpenghuni setelah mereka melempar Jangkar mereka terkaget karena pulau tak berpenghuni ini sangat berlimpah Emas mereka kemudian menamakan Pulau itu Wertutun dan Werwain. Kedua pulau ini kemudian menghilang ketika mereka mulai menarik sauh, menurut kepercayaan masyarakat pulau ini di sebut pulau hilang-hilang dan dianggap sakral. Dari pulau ini mereka menuju Pulau Leti dan di sana mereka melakukan persahabatan dengan tuan tanah Tutukey-Serwaru yang bernama Wilaumali-Raumali.
Setelah beberapa lama mereka bermukim di Pulau Leti sebagian di Antara Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali lagi ke Yotowa. Ketika mereka tibah mereka kemudian mencari tempat dimana Kakek mereka berada. Dibantu anjing, mereka kemudian menyusuri sepanjang tanjung Ili Kesi, sehingga mereka kemudian menemukan kakek dan paman mereka yang suda sekarat, kakek mereka kemudian memintah untuk dihidangkan baginya daging kambing. mereka kemudian mencari kambing untuk dihidangkan dalam pencarian mereka di bagian timur Ili kesi mereka kemudian menemukan ribuan Kambing yang sedang mencari makan di padang, kemudian ditangkapnya beberapa ekor kambing untuk dihidangkan kepada Kakek mereka. Oleh karena pulau itu terdapat ribuan kambing maka kemudia Pulau Itu mereka beri nama YOTOWA. kambing dalam bahasa Oirata Hihi Yotowa.
Setelah beberapa lama mereka bermukim di Pulau Leti sebagian di Antara Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali lagi ke Yotowa. Ketika mereka tibah mereka kemudian mencari tempat dimana Kakek mereka berada. Dibantu anjing, mereka kemudian menyusuri sepanjang tanjung Ili Kesi, sehingga mereka kemudian menemukan kakek dan paman mereka yang suda sekarat, kakek mereka kemudian memintah untuk dihidangkan baginya daging kambing. mereka kemudian mencari kambing untuk dihidangkan dalam pencarian mereka di bagian timur Ili kesi mereka kemudian menemukan ribuan Kambing yang sedang mencari makan di padang, kemudian ditangkapnya beberapa ekor kambing untuk dihidangkan kepada Kakek mereka. Oleh karena pulau itu terdapat ribuan kambing maka kemudia Pulau Itu mereka beri nama YOTOWA. kambing dalam bahasa Oirata Hihi Yotowa.
Setelah beberapa waktu lamanya mereka menempati Ili Kesi kemudian mereka berpindah ke Bukit sebelah barat Ili Kesi. Di bukit ini kemudian Lewenmali-Asamali, Kiklili-Warmau serta beberapa saudara yang lain kemudian menguburkan salah satu saudara perempuan mereka yang meninggal. Sehingga tempat itu mereka beri nama sesuai saudara perempuan mereka Yaitu Hui Manheri atau lebih di Kenal dengan nama Bukit Manheri.
MATA RUMAH OIRATA
Untuk seluruh Oirata, terdapat lima (5) marna besar (pemangku adat) atau biasa disebut lima kursi adat yang mengatur pemerintahan adat sebelum terbentuknya Pemerintah Desa. ke lima kursi adat ini adalah Mauki, Ratumali, Latukou, Tamindael, dan Katihara. Kelima marna pembentuk masyarakat Oirata ini di simbolkan sebagai sebuah perahu yang di sebut Horna Werna Ruskoli Yaluresi. Penyimbolan sebuah perahu ini diasosiasikan dengan terbentuknya masyarakat Oirata dari kumpulan orang-orang yang berdatangan ke pulau ini.
Dalam kedudukan diperahu, ke lima marna masing-masing memiliki peranan yaitu :
Sekitar Tahun 1665 Bangsa Belanda di bawah Kapten Jan Blime dengan Kapal Leonen menemukan Pulau Yotowa, kapal mereka kemudian berlabuh di pantai Kihar atau Kiasar. Di Pantai Kihar mereka bertemu dengan dua orang Penghuni bukit Manheri yaitu Horsair dan Mutasair. Pertemuan tersebut membuat terjadi kesalah pahaman oleh karena diantara mereka tidak saling memahami bahasa masing-masing sehingga hanya menggunakan bahasa isyarat. Dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa isyarat tersebutlah Nama Yotowa berubah menjadi Kihar atau Kisar. Bangsa Belanda kemudian mebangun koloni baru dengan memberikan dua buah tongkat pemerintahan kepada kedua penghuni Manheri tersebut. Tongkat milik Mutasair menjadi milik Penduduk Manheri (Oirata Timur) sedangkan Tongkat pemerintahan milik Horsair diberikan kepada Penghuni Bukit Mauhara (oirata barat). Sejak saat itu terjadi perubahan Pemerintahan di kedua Desa tersebut. Oirata Timur Pemerintahan di pimpin oleh Mutasair (dari soa Hunlory) sedangkan di Oirata Barat Tongkat pemerintahan di serakan Kepada Hooru Iltata.
Hingga saat ini Oirata Timur telah dipimpin oleh 8 orang Kepala Desa (orangkay), yaitu :
MATA RUMAH OIRATA
Untuk seluruh Oirata, terdapat lima (5) marna besar (pemangku adat) atau biasa disebut lima kursi adat yang mengatur pemerintahan adat sebelum terbentuknya Pemerintah Desa. ke lima kursi adat ini adalah Mauki, Ratumali, Latukou, Tamindael, dan Katihara. Kelima marna pembentuk masyarakat Oirata ini di simbolkan sebagai sebuah perahu yang di sebut Horna Werna Ruskoli Yaluresi. Penyimbolan sebuah perahu ini diasosiasikan dengan terbentuknya masyarakat Oirata dari kumpulan orang-orang yang berdatangan ke pulau ini.
Dalam kedudukan diperahu, ke lima marna masing-masing memiliki peranan yaitu :
- Mauki (mata rumah No-Malhuar) dan Ratumali ( mata rumah Dadanulu Sorlewen) sebagai tuan perahu yang dalam adat peranannya sebagai pendata adat yang bertugas untuk berdoa, sebagai orang tua Ayah atau Ibu. Ratumali juga mempunyai peranan sebagai tuan tanah.
- Latukou (mata rumah Soho)sebagai Jurumudi
- Tamindael (mata rumah Asa Tupa) di bagian tengah perahu sebagai jaga ruang/timba ruang agar jangan perahu dipenuhi air
- Katihara (mata rumah Talu Ara) berada di anjungan, penjaga haluan atau dalam adat sebagai pembicara.
Sekitar Tahun 1665 Bangsa Belanda di bawah Kapten Jan Blime dengan Kapal Leonen menemukan Pulau Yotowa, kapal mereka kemudian berlabuh di pantai Kihar atau Kiasar. Di Pantai Kihar mereka bertemu dengan dua orang Penghuni bukit Manheri yaitu Horsair dan Mutasair. Pertemuan tersebut membuat terjadi kesalah pahaman oleh karena diantara mereka tidak saling memahami bahasa masing-masing sehingga hanya menggunakan bahasa isyarat. Dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa isyarat tersebutlah Nama Yotowa berubah menjadi Kihar atau Kisar. Bangsa Belanda kemudian mebangun koloni baru dengan memberikan dua buah tongkat pemerintahan kepada kedua penghuni Manheri tersebut. Tongkat milik Mutasair menjadi milik Penduduk Manheri (Oirata Timur) sedangkan Tongkat pemerintahan milik Horsair diberikan kepada Penghuni Bukit Mauhara (oirata barat). Sejak saat itu terjadi perubahan Pemerintahan di kedua Desa tersebut. Oirata Timur Pemerintahan di pimpin oleh Mutasair (dari soa Hunlory) sedangkan di Oirata Barat Tongkat pemerintahan di serakan Kepada Hooru Iltata.
Hingga saat ini Oirata Timur telah dipimpin oleh 8 orang Kepala Desa (orangkay), yaitu :
- Nunkou
- Mutasair
- Larnai
- Elias Ratuhunlory ( 1931-1951)
- Ruben Ratuhunlory ( 1954-1966)
- Jacobus Resimere ( 1974-2001)
- Johosua Serain ( 2001-2007)
- Janes Ratuhalono (2008-2014)
- Kathara
- Hooru Iltata
- Larlaka
- Karel Katihara
- Hooru Iltata
- George Hooru (1931-1953)
- Izach Hooru (1953-1981)
- Eddy Katihara (1983-2008)
- John ratulohain (2010-2016)
Masyarakat Oirata terbentuk dari kumpulan soa(patah) yang merupakan gabungan matarumah-matarumah (patdale/lainatapu).
Di Oirata Timur terdapat 4 soa, yaitu :
a. Soa Haa'noo
soa Haa'noo terdiri dari 5 matarumah dengan fam (marga) masing-masing ;
1. Sorlewen : Ratumali
- Lewetaara (sarik)
2. Sohoradi : Latukou dan Serain
- Waklon (Haltere), Seli (latupay dan Wonsair), Huilon (Taresi)
- Ilili (Maroko dan Ratusaley)
3. Leikahaisau : Serhalai dan Horara
- Aireteara (Ratusera)
- Aireteara (Ratulewen), Airetalaman (Anthony), Samoro (Ratuhalin)
4. Iraruru-Wasair : Horsair
- Semble (Kamanasa), Halaisahuna (Uplawan)
5. Loilorwartana : Ratuteher
- Tawanasin (Yernunu), Tawanasinarawai (Raturomon), Aireteara (Ratulohoren).
b. Soa Selewaku
Soa Selewaku terdiri dari 4 mata rumah dengan maga (fam) masing-masing :
1. Lerusmauwana : Maukailele
2. Leka : Teikuar
-Waintimur (Ratusehaka)
- Umamraka-nunukokoara-Ususuara (Reisere)
3. Leutua (terdiri dari) Lelapai (Ruhiloi), Leuwara (Loilatu) dan Etehitiara (Wuinoto)
4. Lenoo (yang terbagi menjadi : Mildai (Haisoo dan Resimere-leulor)
- Loira, Asanapi, Waintimur (Ratusehaka)
- Nanauru-Warwara (Latusuay), Dailorlu'un (Ratuhalono), Maroko (Ratuhara)
c. Soa Hunlori
Soa Hunlori dengan 4 mata rumah
1. La'ule iyanin : Lewen sere
2. Leule Aranin : Maunai
3. Surwei : Ratuhunlori
-Lehorwata (Ratuhunu dan Reiwi), Lelaimodo (Ratupaira)
4. Darlekrau : Loimaa
- O'omalau (Lewelaka)
- Loslapai (Latuminasse)
d. Soa Paumodo
Terdiri dari 3 matarumah :
1. Lewedalu : Lewedalu
2. Ruiwon : Malaimuta
3. Wakro : Dalkati
- Lewelipa
- Telumalai, Solemede, Resikahil, Maakewe.
Sedangkan Desa Oirata Barat terdapat 3 soa (padta), yaitu ;
1. Soa Asatupa-Hayau
soa ini memiliki 3 Matarumah
1. Asatupa
2. Nohiyara
3. Wetwai
2. Soa Irara
3. Soa Audoro
Mantap kk...
BalasHapusSalam dari anak kisar di rantau ��
Skalian izin share kk 😊
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusSaya dari Lospalos marga Maulen Ratu
BalasHapusSumber apa ? Munkin dari buku Josselin de Jong ?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus